BAB V Kartu Perdana 2015



Sang bayu menghempas dedaunan, mega mendung memayungi alam, terdengar lirih solawatan bersenandung di atas menara rumah Allah yang penuh berkah. Tubuh yang terbaring tak berdaya, merengkuh sukma yang sedang melayang mengarungi dunia mimpi yang kelam. Allah Yangkuasa, memberikan kekuatan dan keafiatan untuk aku tersadar dan terjaga guna menghadap kepada dan mengadu kepada-Nya. Tak ada daya daya upaya, melainkan kekuatan dari Allah Swt. Untuk itu, bersyukurlah kepada Allah atas segala anugerah yang dilimpahkan kepada kita. Dengan demikian, Allah akan menambah nikmat-Nya. Jangan sampai kita kufur akan nikmat karena azab-Nya sangatlah pedih.

Terus melakukan aktivitas mengarungi bahtera dunia pendidikan yang penuh problema. Masalah tersebut seakan tak pernah sirna. Perlu kesiapsiagaan dan bekal yang cukup dalam menata bahtera tersebut. Guru adalah agen perubahan yang membawa nuansa keberagaman inovasi dan kreativitas peserta didik. Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan. Guru harus merubah maindset dalam mengemban tugas utamanya, yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi. Dalam mengembang amanah tersebut, guru juga harus memiliki kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian yang baik dan bermartabat. Dengan demikian, terciptalah suasana belajar mengajar yang kondusif dan komprehensif.

Nah, pembaca yang budiman, empat kompetensi tersebut merupakan dasar dari seorang guru disebut sebagai guru yang berprestasi dan berdedikasi tinggi. Guna memberikan penghargaan kepada sosok guru yang berprestasi, maka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan setiap tahunnya menyelenggarakan ajang lomba guru berprestasi. Ajang lomba tersebut direkrut mulai tingkat satuan pendidikan sampai tingkat nasional.

Ajang lomba guru berprestasi ini sebenarnya masih asing bagiku. Aku belum pernah tahu bagaimana bentuk lomba dan juknisnya. Padahal, informasi tersebut selalui ada di internet. Hal tersebut terjadi karena memang tak pernah terbesit dipikiranku untuk mengikuti ajang lomba tersebut. Hingga akhirnya, aku diminta oleh Kepala Sekolah untuk mewakili sekolah mengikuti seleksi guru berprestasi tahun 2015. Saat itu aku menyatakan belum siap. Tapi, kepala sekolah tetap mengutusku untuk mencari pengalaman dahulu.

“Ibu berharap tahun ini kamu mengikuti seleksi guru berprestasi. Ini sebagai pengalaman pertama. Kamu harus tahu, bagaimana, sih, bentuk tesnya,” pungkahnya.

“Insya Allah, saya coba dengan semua keterbatasan,” imbuhku.

Memang perjuangan yang sangat  berat, mengapa? Waktunya begitu singkat. Bayangkan, waktu yang tersisa untuk menyiapkan karya tulis dan portofolio hanya kurang lebih empat hari. Aku belum terpikir untuk membaca juknis gupres 2015. Pokoknya, apa yang ada kujadikan satu bundel untuk  melengkapi portofolio. Kubongkar lemari dokumen untuk memilah sertifikat, piagam penghargaan, surat keputusan, ijazah dan sebagainya. Sudah tidak terpikir lagi untuk menyusun sesuai petunjuk. Sedangkan untuk karya tulis yang akan dipresentasikan masih belum siap.

Karya tulis ilmiah atau best practice yang jadi prasyarat terus aku pikirkan. Hal-hal yang dilakukan adalah melakukan pemburuan di website dan mencari informasi dari teman terdekat yang sudah memiliki pengalaman. Bagiku saat itu sangat sulit untuk membuat suatu karya karena belum terbiasa dan belum berpengalaman. Berbekal dari pengalaman teman dan bahan literasi dari internet, terciptalah sebuah karya best practice yang berjudul “Kualitas Pembelajaran Mendongkrak Nilai Lulusan”. Walaupun tidak sehebat penulis yang sudah terkenal, paling tidak telah menorehkan ide dan pikiran. Namanya juga penulis amatir, wajar kalau masih banyak kekurangan.

Empat hari berjalan, ajang lomba pun dimulai. Kegiatan diawali dengan pembukaan. Peserta yang hadir di antaranya perwakilan dari guru, kepala sekolah, pengawas TK, SD, SMP, SMA, dan SMK berprestasi tingkat Kota Pontianak. Kemudian, para undangan, di antaranya Ketua K3S, Ketua MGMP, seluruh pengawas pembina, dan pejabat di jajaran DInas Pendidikan Kota Pontianak.  Pada kegiatan pembukaan tersebut, aku dipercaya untuk membacakan doa. Aku merasa berdebar karena ditunjuk secara spontan. Karena ini momen lomba guru berprestasi, tak mungkin aku menolak. Aku berusaha untuk membuat konsep semampunya. Alhamdulillah, konsep pun selesai, walaupun tak sebagus konsep pembaca doa kondang. Dengan berbekal konsep tersebut, aku pun beranjak dari tempat duduk setelah nama dipanggil oleh pembawa acara. Langkah kaki yang tegar dengan penuh keyakinan, aku melangkah menuju mimbar untuk melaksanakan tugas mulia. Setelah pembacaan doa, acara dilanjutkan sampai penutup.

Kegiatan seleksi khususnya guru berprestasi tingkat Kota Pontianak tahun 2015 di awali dengan tes tertulis. Tes tertulis tersebut dilaksanakan setelah acara pembukaan. Materi yang diujikan lebih difokuskan dua kompetensi, yaitu pedagogik dan prefesional. Kompetensi tersebut merupakan hal yang selalu mendampingi guru ketika mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi. Untuk itu, tak ada kata belum siap ataupun belum belajar. Yang pasti, pertanyaan yang disajikan tentunya bertalian dengan proses pembelajaran. Aku jawab soal-soal tertulis tersebut dengan penuh pemikiran. Alhamdulilah, tahap pertama sudah selesai walaupun cukup menyita dan memeras otak.

Seleksi selanjutnya adalah tes wawancara yang dilaksanakan hari itu juga. Setelah tes tertulis berakhir, kami diberi waktu istirahat setengah jam. Kemudian, pemanggilan untuk tes wawancara dilakukan sesuai dengan nomor undian. Aku pun sudah lupa, nomor undian berapa, ya! Pastinya, bukan yang pertama. Kesempatan masih terbuka untuk melakukan persiapan. Persiapan yang dilakukan misalnya dengan menanyakan kepada teman yang sudah selesai wawancara. Apa sih yang ditanyakan?

Rasanya jantung ini berdetak kencang sembari menunggu giliran. Ini memang sudah menjadi kebiasaanku jika mengikuti tes. Masih sulit bagiku untuk menghilangkannya. Mungkin ini juga terjadi terhadap orang lain. Untuk menghilangkan hal tersebut, biasanya aku selalu bersalawat kepada Nabi Muhammad saw. Dengan harapan, diberikan kemudahan dan ketenangan batin dan pikiran.

 

Ketenangan Batin

Kalbu yang bersemayam

Lirih terusik ketenangannya

Oh… apa gerangan yang terjadi

Berdetak kencang menggeladi di sanubari

Mengapa engkau selalu menghantuiku

Akankah punah hilang berlalu

Akankah sirna suaramu

Ya … Allah Penguasa pikiranku

Dengan salawat yang kuukir

Berikanlah ketenangan batinku

Suguhkan kemudahan di setiap keluhku

 

Giliranku pun tiba untuk diwawancarai. Langkah pasti menuju meja pertama dengan materi fokus pada kurikulum, meja kedua fokus pada kompetensi professional dan pedaogik, kemudian meja terakhir fokus pada kompetensi sosial dan kepribadian. Pertanyaan demi pertanyaan terlontar dan kujawab sesuai kemampuan. Argumen terucap berbingkai alasan dan ulasan. Walaupun jawaban tersebut belum sempurna menurut penguji, alhamdulillah bisa dilalui dengan pikiran yang tenang.

Tahapan berikutnya dilaksanakan keesokan harinya. Petunjuk yang diberikan oleh tim juri adalah menetapkan materi yang akan diperagakan. Apa sih yang akan diperagakan? Materi tersebut diberikan pada kegiatan belajar mengajar. Ternyata tahapan berikutnya adalah praktik mengajar. Praktik mengajar dilakukan di SD Negeri 03 Pontianak Selatan pada kelas IV. Persiapan pun dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan materi yang akan disampaikan. Materi yang kuambil tentang struktur kalimat bidang studi bahasa Indonesia.

Perencanaan pun kumatangkan pada malam itu. Kira-kira strategi dan teknik apa yang akan digunakan. Setelah rampung, aku pun membaca ulang kembali persiapan/skenario yang telah dituliskan. Malam semakin larut. Supaya tak terlalu lelah untuk esok harinya, aku pun menyudahi dengan melakukan print out naskah RPP, silabus, dan dokumen lain yang diperlukan.

Keesokan hari, aku bergegas menuju SD Negeri 03 Pontianak Selatan di Jalan Sulawesi. Panitia dan Kepala Sekolah menerima kami dengan baik. Sambil menunggu tim juri hadir, kami berbincang sesama peserta lomba. Bercanda, berbincang, dan berbagi pengalaman. Sekira 30 menit, para juri datang. Kami langsung melakukan praktik mengajar sesuai undian. Giliranku pun tiba. Aku melakukan praktik mengajar sesuai skenario yang telah disiapkan. Pembelajaran sedikit riuh karena setting yang kubuat mengisyaratkan kegiatan yang mengundang jawaban serentak dari siswa. Tapi, sangat menyenangkan karena siswa sebagai subjek pembelajaran bukan objek. Setelah selesai, dilakukan refleksi oleh tim juri. Memang ada sedikit kekurangan yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan. Ya, namanya juga dinilai. Pastinya tim juri mengintai kekurangan kita. Hal tersebut, kujadikan masukan yang positif untuk perbaikan selanjutnya. Terima kasih, Pak Saodi. Berkat masukanmu aku tertantang dan termotivasi untuk melakukan hal yang luar biasa.

Kapal berlayar menuju pulau,

Pulau Kura-kura tujuannya.

Sudah selesai praktik mengajarku,

bersiap menuju tes selanjutnya.

 

Tes terakhir merupakan pamungkas dari semuanya. Kalau dilihat persiapan yang telah dilakukan oleh peserta lain, aku sudah yakin tak akan menang. Sebut saja Pak Suwanto, beliau sudah berijazah S-2. Beliau baru saja selesai mengikuti lomba inovasi pembelajaran, tentunya persiapan lebih matang dan berkualitas. Bu Yusi dari SD Negeri 72 Pontianak Barat, kulihat KTI yang dipersiapakan sudah matang. Wah, tebal sekali PTK yang ditulisnya, sedangkan aku hanya best practice tipis yang disiapkan hanya dua hari saja. Tapi, aku tak boleh gentar, maju terus. Jadikan hal tersebut sebagai cambuk motivasi dan pengalaman.

Aku tak boleh patah semangat, apalagi karyaku ini sesuai apa yang telah dilakukan. “Kualitas Pembelajaran Mendongkrak Nilai Lulusan” best practice ini  sesuai dengan sesuatu yang aku geluti selama ini. Giliranku menuju meja tes telah tiba. Tiga orang dewan juri bersiap untuk mendengarkan pemaparanku. Mereka pun telah siap untuk memberikan pertanyaan dan kritik. Penjelasan singkat tentang best practice yang ditulis telah kuutarakan dengan lugas. Pertanyaan sudah terjawab dengan tegas. Beragam masukan aku kemas. Ya, tinggal berharap dengan cemas. Akhirnya tes selesai sekira pukul 17.00 karena aku merupakan peserta terakhir.

Hari bergulir begitu saja. Penantian pengumuman seakan mengiringi setiap jejak langkahku. Pertanyaan selalu muncul di benakku. Siapa gerangan yang akan menuju provinsi. Walaupun tak berharap, tapi pikiranku selalu tersirat keyakinan. Seumpanya tak berhasil juga tak masalah. Aku sudah bertekad bahwa pengalaman pertamaku ini akan dijadikan kartu perdana untuk menuju keberhasilan. Siapa pun yang menang, itu sudah menjadi takdir Sang Pencipta. Kita hanya bisa berusaha dan berdoa. Allah lah yang menentukan segalanya. Kecewa boleh, tapi jangan larut dan menyalahkan orang lain. Kemas dan bungkuslah rasa kecewa itu dengan  secercah harapan. Harapan tentang keberhasilan dan kesuksesan. Masih ada hari esok. Masih banyak kesempatan. Menghibur hati yang sedang gundah.

Akhirnya, undangan dilayangkan kepada para peserta. Detik-detik penantian menggema di aula terpadu. Ketua pelaksana mulai membacakan para pemenang mulai dari jenjang TK. Jantung berdetak kencang. Pembacaan dimulai dari pemenang pertama, ternyata dugaanku benar. Urutan pertama Ibu Yusi Oktafiani dari SDN 72 Pontianak Barat, kedua Bapak Suwanto dari SDN 33 Pontianak Utara, dan ketiga alhamdulillah namaku menggema di ruangan. Awal yang baik, imbuhku sambil tersenyum. Akan kujadikan ini sebagai jalan untuk menuju jalan selanjutnya. Akan kupersiapkan bekal yang cukup untuk menjelajahinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

UMPAN BALIK UNTUK CGP (MODUL 1.3)

AKSI NYATA MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID

Pengejawantahan Filosofi Pendidikan KHD