Jurnal Monolog 3.1.a.7 (Demonstrasi Kontekstual)
Mengambil Keputusan Sebagai Pemimpin dalam Pembelajaran
Selama ini pembelajaran kita sebagian
besar masih berada pada zona nyaman. Nyaman karena sudah dilengkapi buku paket
dan fasilitas yang dibantu oleh pemerintah atau instansi terkait. Pendidik
masih berkutat dengan modul atau buku paket yang isinya mungkin bertolak
belakang dengan keiinginan dan potensi murid. Mainset pendidik masih seputar
bagaimana menuntaskan kurikulum. Bukan mengejar kualitas pembelajaran.
Impian yang sekian lama dinantikan akhirnya
datang. Tentunya teman-teman bertanya apa impian saya. Saya selalu gusar dengan
pembelajaran yang selama ini saya geluti. Masih kering dengan inovasi dan keberpihakan
kepada murid. Bak pepatah mengatakan “Pucuk dicinta ulam pun tiba. Program yang
dinanti-nanti akhirnya menghampiriku. Program apakah itu? Program Guru Penggerak.
Guru penggerak adalah pemimpin
pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif, dan
proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan
pembelajaran yang berpusat kepada murid. Guru penggerak merupakan sosok yang menjadi
teladan dan agen transformasi ekosistem Pendidikan untuk mewujudkan profil
pelajar Pancasila.
Pendidikan Calon Guru Penggerak yang
sudah saya jalani memang menuntut kerja keras dan motivasi yang kuat. Saya
sempat jatuh bangun dibuatnya. Saya sempat sakit selama 1 bulan karena selain
mengikuti Pendidikan calon guru penggerak, juga melakukan aktivas lainnya yang tak kalah
hebohnya. Nah, inilah yang menimbulkan tantangan tersendiri. Diperlukan tekad
yang kuat karena materi yang dipelajari cukup menyita waktu, menuntut
konsentrasi, pemahaman terhadap materi, dan daya imajinasi tinggi
agar tugas yang dibuat terlihat bervariasi.
Materi yang kami pelajari pada program
Calon Guru Penggerak sangat memperkaya wawasan dan keterampilan untuk pengambilan
keputusan dalam mengemas pembelajaran di kelas. Mulai modul 1 s.d. 3 saling berhubungan
erat dan tidak saling bertentangan. Kalau
ditarik benang merahnya ternyata inilah yang dinamakan merdeka belajar. Merdeka
belajar merupakan hal utama yang harus diciptakan agar pembelajaran menjadi
bermakna bagi murid.
Sebagai seorang Calon Guru Penggerak,
saya mempelajari modul "Mengambil Keputusan sebagai Pemimpin
Pembelajaran". Saya akan menerapan langkah-langkah pengambilan
keputusan beserta langkah-langkah pengambilan keputusan sebagai umpan
balik dari ilmu yang sudah saya pelajari pada kegiatan ini. Saya
berencana untuk membagikan ilmu yang diperoleh kepada teman sejawat di sekolah dengan
cara melakukan diskusi-diskusi ringan terlebih dahulu, sharing, dan menggali
permasalahan yang dihadapi.
Proses pengambilan keputusan membutuhkan ketenangan,
keberanian, dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dan implikasi
dari keputusan yang kita ambil. Mengapa? Tidak ada keputusan yang sepenuhnya
bisa mengakomodir seluruh kepentingan para pemangku kepentingan. Untuk itu,
diperlukan kesamaan visi, budaya, dan nilai-nilai yang dianggap penting dalam
sebuah institusi. Dalam mengambil sebuah keputusan, sering kita mengalami
dilema, untuk memilih keputusan apa yang sebaiknya diambil. Secara garis besar,
dilema dalam pengambilan keputusan dibagi dua macam, yaitu dilema etika (benar
vs benar) dan bujukan moral (benar vs salah).
Berdasarkan
diagram tersebut, pengambilan keputusan pada dilema etika dikategorikan menjadi
4, yaitu.
1.
Individu
lawan masyarakat (individual vs community)
Paradigma ini ada pertentangan antara individu yang berdiri sendiri
melawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi
bagiannya.
2.
Rasa
keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy).
Dalam paradigma ini ada pilihan
antara mengikuti aturan
tertulis atau tidak mengikuti
aturan sepenuhnya.
3.
Kebenaran
lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi
dilema etika. Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan
berlaku setia.
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Paradigma ini kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang.
Setiap permasalahan tentu ada jalan keluarnya. Untuk mengatasi dilema tersebut, diperlukan prinsip pengambilan keputusan. Prinsip pengambilan keputusan tersebut adalah (1) berpikir berbasis hasil akhir, (2) berpikir berbasis rasa peduli, dan (3) berpikir berbasis peraturan. Untuk mendapatkan keputusan terbaik, perlu dilakukan pengujian. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan, yaitu (1) menggali nilai-nilai yang bertentangan, (2) mengidentifiasi siapa yang terlibat, (3) mengumpulan fakta-fakta yang relevan, (4) pengujian benar atau salah, (5) buat keputusan, (6) identifikasi opsi trilemma, (7) melakukan prinsip resolusi, (8) paradigma pengujian benar lawan benar, dan (9) lihat lagi keputusan dan refleksikan.
Langkah-langkah
yang dapat kita lakukan dalam menerapkannya adalah, sebagai berikut.
1.
Berdiskusi dengan teman sejawat.
2.
Memetakan permasalahan.
3. Meminta izin kepada kepala sekolah.
4. Mendampingi teman sejawat.
5. Evaluasi.
Saya berencana untuk melakukan
sosialisasi ini pada Sabtu, 15 Mei 2021. Alasan memilih tanggal tersebut karena
murid kelas 6 sudah selesai ujian. Dengan demikian, kepala sekolah dan teman
sejawat bisa mengikuti sosialisasi dengan maksimal.
Komentar
Posting Komentar