LAPORAN AKSI NYATA LITERASI KEBERAGAMAN

 Oleh: Ya’ Dedi Suhandi, S.Pd., M.Pd.

 A.     Latar Belakang

 Guru penggerak merupakan agen yang akan menciptakan dan mengawal pencapaian profil pelajar Pancasila. Profil pelajar Pancasila merupakan tujuan dari Merdeka Belajar yang mempunyai enam sifat. Pertama, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Kedua, kreatif dalam berkarya, menemukan jalan-jalan yang tidak konvensional, beradaptasi terhadap perubahan dan selalu senantiasa berinovasi. Ketiga, bergotong royong, yaitu kemampuan berkolaborasi dan bekerja sama sebagai satu tim dan ini akan menjadi kompetensi terpenting di dunia kerja masa depan. Keempat, Kebhinekaan, yaitu mencintai keberagaman nasional, mempunyai spirit nasionalisme yang tinggi dan mencintai sesama. Kelima, kemampuan bernalar kritis, yaitu mampu memecahkan permasalahan, mampu berpikir secara kritis, mengolah informasi secara kritis, dan mampu berpikir secara terstruktur dan kuantitatif. Keenam kemandirian, yaitu mendorong kemampuan siswa-siswi secara independen mencari ilmu sendiri, proaktif kegiatan bekerja dan belajar, serta mempunyai pemikiran mandiri sehingga tidak mudah goyah, tidak mudah mempercayai informasi.

Penulis fokus pada pilar yang keempat, yaitu kebhinekaan yang mencintai keberagaman nasional, mempunyai spirit nasionalisme tinggi dan cinta sesama. Landasan ini perlu kita kaji dan belajarkan kepada siswa sehingga hal itu tak hanya manis di bibir saja. Wujud atau implementasi dari pernyataan itu harus kita gulirkan dalam wadah kebhinnekaan di ruang Pendidikan formal. Mereka perlu menyadari betapa beragamnya Indonesia. Kebiasaan atau adat istiadat yang berdeda, jika tak diberikan penjelasan dan pemaparan yang baik, bukan tidak mungkin terjadi pemicu perpecahan. Pembelajaran tentang keberagaman harus dilakukan dengan baik. Melalui conto-contoh dan sejarah perjuangan bangsa. Bagaimana dalam keberagaman, bangsa Indonesia bisa merdeka. Mulai dari ikrar Sumpah Pemuda yang menjadi semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Konsep kata-kata yang tertuang dalam ikrar Sumpah Pemuda harus selalu didengungkan untuk menjadi motivasi dalam menyikapi keberagaman.

B.       Deskripsi Aksi Nyata


C.     Hasil Aksi Nyata

1.   Sosialisasi

      Pelaksanaan sosialisasi dilakukan melalui pertemuan di google dengan beberapa siswa dan orang tua yang memiliki hp dan akses internet yang lancar. Bagi siswa yang tidak bisa bergabung, dilakukan komunikasi melalui WhatsApp. Informasi yang disampaikan adalah menyampaikan latar belakang dan tujuan dari kegiatan dimaksud. Kemudian, menjelaskan bagaimana pelaksanaan yang akan dilakukan dalam aksi nyata tersebut.

2.   Pelaksanaan

a. Tahap pertama, siswa mencari literatur berupa bahan bacaan di google/web yang bertemakan keberagaman. Siswa tak diperkenankan untuk datang ke sekolah meminjam buku di perpustakaan sekolah dengan alasan dalam masa Pandemi Covid-19. Pihak sekolah sangat hati-hati dalam mengambil keputusan terkait pengumpulan masa. Hal ini dilakukan untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan. Jadi, keputusan untuk siswa mencari bahan bacaan di internet adalah keputusan terbaik.

b. Tahap kedua, siswa membaca buku tentang keberagaman atau bahan bacaan yang rilis melalui google/artikel/blog. Setelah melakukan kegiatan membaca, kemudian siswa membuat karya terkait bahan bacaan yang dipahami. Karya tersebut bisa berupa puisi, cerpen atau poster. Jika di antara siswa ada yang membaca lebih dari satu judul bacaan, mereka dapat membuat karya lebih dari satu dengan rincian satu karya setiap bacaan. Misalnya, minggu ini membaca satu judul buku, maka mereka bisa membuat karya puisi. Untuk judul bacaan minggu kedua, mereka bisa membuat karya poster atau cerpen. Dalam hal ini, guru harus memberikan kebebasan kepada mereka denga tawaran tiga jenis karya. Mereka yang memilih senangnya dalam bentuk karya pilihan.

 

D.     Pembelajaran yang Didapat dari Pelaksanaan

Setiap perbuatan atau tindakan tentu menuai akibat. Peribahasa mengatakan¸”Tak ada asap jika taka da api” atau dengan kata lain “Ada sebab, maka terjadi akibat”. Apakah itu akibat yang baik atau buruk. Apakah keberhasilan atau kegagalan. Untuk unjuk kerja kali ini, sudah barang tentu manfaat yang didapat. Sangat kecil terjadi akibat akibat yang buruk. Maksudnya, dari kegiatan aksi nyata yang dilakukan oleh siswa sesuai penjelasan di atas, banyak akibat yang baik terukir dan terpatri. Keberhasilan dari program aksi nyata “Literasi Keberaman” yang dapat dipetik, di antaranya.

1.   Menambah wawasan dengan banyak membaca.

2.   Memanfaatkan internet sebagai bahan pembelajaran.

3.   Membudayakan membaca.

4.   Belajar berkarya dan latihan bagi yang memiliki bakat pelukis atau desainer dengan membuat poster, bakat menjadi sastrawan dengan membuat karya puisi atau cerpen.

5.   Membangun sifat kebhinnekaan.

6.   Mencintai sesama.

7.   Memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.

  

E.     Rencana Tindak Lanjut dan Perbaikan

Tindakan aksi nyata “Literasi Keberagaman” belum diikuti dan dilaksanakan oleh siswa dengan maksimal. Hal ini dikarenakan kondisi masa pandemi yang tak kunjung hilang. Untunglah ada dukungan pemerintah dengan kuota belajarnya, walaupun belum terealisasi secara keseluruhan. Orang tua pun memaklumi hal tersebut dengan membantu melakukan pengawasan terhadap aksi dari putra mereka.

Kekurangan dan kelemahan dalam pelaksanaan aksi nyata akan menjadi gambaran untuk perbaikan ke depannya. Kegiatan yang telah dilakukan oleh siswa akan terus menjadi pembiasaan dalam membangun generasi penerus bangsa yang senang membaca. Dengan banyak membaca, diharapkan mereka akan menjadi pribadi yang cerdas, berwawasan luas, dan unggul dalam segala bidang kehidupan. Pelaksanaan tindak lanjut yang akan dilakukan siswa setiap hari akan diukur atau dipantau dengan jurnal kegiatan membaca. Bahkan, dari kegiatan tersebut akan dilakukan pengembangan program lainnya.

Kekurangan dari program ini adalah fasilitas komunikasi yang belum merata. Ada beberapa siswa yang alat komunikasinya belum standar. Kemampuan ekonomi orang tua yang rata-rata kelas menengah ke bawah, menjadi alasan yang krusial. Semoga ke depannya pemerintah bisa mengambil langkah yang bijak untuk melakukan pembelajaran tatap muka dengan menerapkan protokol Kesehatan yang ketat dan terukur. Jika hal tersebut juga belum bisa dilaksanakan, cara lainnya adalah melakukan pembelajaran di rumah-rumah siswa dengan pembagian kelompok belajar secara bergiliran.

Apabila hal tersebut masih tak bisa dilaksanakan, teknik mudahnya adalah dengan melakukan komunikasi individual. Tapi, sangat menguras tenaga, pikiran, waktu, dan biaya. Apa bentuknya? Ya, video call atau menelepon satu persatu. Ini sudah langkah buntu dari semua solusi yang ditawarkan. Kita akan lakukan dengan mencoba segala cara yang terbaik.

 

F.     Dokumentasi Proses dan Pelaksanaan

 1.       Google Meet (Sosialisasi)


           2.  Tindakan Nyata


G.     Penutup

 

Demikian laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas “Calon Guru Penggerak”. Semoga bermanfaat bagi pembaca dan menginspirasi seluruh guru dalam rangka menanamkan budi pekerti luhur. Membiasakan dan membudayakan hal-hal positif yang akan menjadi karakter hebat dalam menghadapi kemajuan  zaman. Warisan inilah yang akan menjadi tameng dalam memfilter hal-hal negatif. Harapan pemerintah kepada Guru Penggerak sangat besar dalam mengubah paradigma pendidikan. Guru penggerak akan menjadi agen perubahan dalam mendesain pembelajaran yang berkualitas. Guru penggerak akan memberikan pelayanan merdeka belajar yang bertanggung jawab, terarah, dan terukur. Teruslah berkarya karena guru mulia karena karya.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

UMPAN BALIK UNTUK CGP (MODUL 1.3)

AKSI NYATA MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID

Pengejawantahan Filosofi Pendidikan KHD