Minggu, 27 September 2020

Kisah di Samping Sepakat 2

 


Berawal dari hasrat yang menyelimuti hati dan pikiran ketika berjalan menyusuri keheningan jalan. Terbesit dalam perantauan kehidupan yang sedang mencari arah kenikmatan. Membentang dan menerawang keanggunan dan kemolekan sebuah bangunan penuh misteri.

Aku terperangah dengan kemegahan sebuah bangunan sekolah di samping Jalan Sepakat 2. Timbul pertanyaan dalam hati, “Apakah aku dapat menjadi tenaga pengajar di sekolah ini?”

Dalam keheningan aku selalu berdoa kepada Sang Khalik untuk mewujudkan cita-citaku. Wahai, Allah, Sang Pencipta Jagad Raya, hamba memohon kepada-Mu, berilah kemudahan dan kesempatan agar hamba bisa mengajar di sekolah yang diimpikan.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun pun berganti tahun. Penantian yang cukup panjang pun terjawab. Sekolah tersebut membuka peluang bagi guru yang ingin mengabdikan diri di institusi tersebut. Melalui Bapak angkat, Moerhariyanto Aladin, informasi pembukaan tersebut diperoleh. “Bak pucuk dicinta ulam pun tiba”, dengan hati penuh suka dan bersinar-sinar, aku pun bertekad untuk mengikuti seleksi rekrutmen tersebut.

Semangat membara di dalam hati dan jiwa yang menggelora selalu menemaniku untuk mewujudkan hasratku itu. Persiapan administrasi yang menjadi prasyarat pendaftaran pun dikemas dengan lengkap dan rapi di sebuah map yang lusuh. Berbekal ijazah D-2 PGSD sedangkan pelamar lainnya sebagian besar berijazah S-1 tidak membuat hati dan pikiran ini gentar. Malah, menjadi motivasi untuk mengungguli rekan-rekan pelamar yang berijazah lebih tinggi. Karena sekolah tersebut sekolah Islam, aku pun melampirkan ijazah/sertifikat pelatihan membaca Alquran dan ilmu tajwid dari Yogyakarta sebagai nilai tambah demi menyaingi teman-teman yang berijazah S-1. Informasi yang diperoleh dari lembaga pendidikan tersebut bahwa tes akan dilakukan 6 tahap, yaitu tes tertulis mata pelajaran agama Islam, tes tertulis mata pelajaran umum (bahasa Indonesia, IPA, IPS, PPKn, dan matematika), micro teaching, membaca Alquran, psikotes, dan wawancara.

“Wah, banyak juga tesnya! kira-kira aku bisa lulus tidak, ya?” pertanyaan itu pun spontan terpendam dalam hati.

Berbekal pengalaman mengajar di SD Kartika di Jalan Pancasila, organisasi remaja masjid, dan Taman Pendidikan Alquran aku pun mulai mempersiapkan diri. Mengisi hal-hal yang masih perlu dibenahi dengan mencari contoh-contoh soal untuk tes tertulis. Kalau yang lainnya aman-aman saja.

Hari yang ditunggu pun tiba. Tes diawali dengan tertulis untuk menjawab soal-soal tentang pengetahuan di bidang agama Islam. Selanjutnya, tes tertulis bidang umum (bahasa Indonesia, IPA, IPS, PPKn, dan matematika). Aku menjawab semua soal dengan penuh keyakinan. Tak satu soal pun ketinggalan untuk dijawab. Setelah selesai tes tertulis, kami diminta untuk mempersiapkan diri mengikuti tes selanjutnya pada hari yang lain.

Tes demi tes sudah dilalui dengan baik. Tinggal menunggu hasilnya. Hati berdebar-debar menanti pengumuman. Lantunan doa dan permohonan selalu kupanjatkan kepada Ilahi. Teman-teman dan handai tolan pun memberikan semangat bahwa kalau sudah rezeki dan kehendak Allah, pasti kamu diterima di sekolah tersebut. Hatiku pun mulai tenang. Detak jantungku pun sudah mulai teratur. Akhirnya, aku pun menanti dengan tetap menjalankan aktivitas sebagai tenaga pengajar di SD Kartika, sebagai pembina pramuka di beberapa sekolah (SD Kartika, SDN 16, MIN Teladan, MTsN 1, dan SMAN 4), guru TPA Masjid Al Amiin, dan menggeluti beberapa organisasi keagamaan.

Waktu penantian pun hadir dengan wajah penuh kecemasan. Aku bergegas menuju tempat pajangan nama yang digantung di ruang penantian. Mata hanya tertuju pada nama pemberian orang tuaku. Mana nama kebanggaanku.

“Alhamdulillah, aku lulus, aku diterima di SD Islam Al Azhar 21 Pontianak,” ucapku dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah Swt.

Perjalanan hidupku pun bertambah panjang. Aku pun mulai menapaki dunia baruku yang sedari dahulu diinginkan. Adaptasi dan penyesuai dengan kemegahan dan ketenaran sekolah yang sekarang aku menjadi bagian darinya pun tak terhindarkan. Mulai dari sikap, pakaian, penampilan, cara bertindak, bertutur kata, dan masih banyak hal lainnya. Pokoknya, harus tampil dengan kewibawaan, keikhlasan, ketekunan, dan kecerdasan.

Aku mendapat tugas dari Kepala Sekolah untuk mengajar di kelas 6 bidang studi bahasa Indonesia yang sedari dahulu tak kuinginkan. Apa boleh buat, kalau sudah tugas harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Buku demi buku tentang bahasa Indonesia kubeli dan dipelajari dengan sungguh-sungguh supaya tak ketinggalan dengan murid-murid SD Islam Al Azhar yang cerdas dan pintar. Awal pertama, aku terkaget-kaget mendapat kritikan dari seorang murid. Dia menyalahkan prihal yang disampaikan tentang struktur kalimat. Hati ini terasa tersayat, tak menerima kritikan tersebut. Sungguh hatiku saat itu penuh ego dan emosional yang tinggi. Akhirnya, aku menyadari apa yang disampaikan oleh murid itu benar. Aku terus membaca tentang sesuatu yang menjadi permasalahan tersebut. Aku pun menerima jawaban dari penelusuran kekhilafan dan kesalahan yang sudah dibentangkan. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan dengan mendapat hikmah di dalamnya bahwa “belajar itu jangan melihat usia dan siapa dia, belajar itu bisa dari siapa saja tak peduli muda belia”.

Kiprah dan perjalanan di SD Islam Al Azhar 21 Pontianak terus aku nikmati dengan suka dan duka. Prestasi dan kegagalan sering aku rengkuh. Kegagalan dalam membina anak didik menjadi insan yang bertanggung jawab, soleh, dan ikhlas sering aku terima. Tapi, tak membuat kegalauan hati ini menjadi keputusasaan. Bahkan, bisa menciptakan sesuatu yang membara. Kegagalan tersebut menjadi motivasi yang tinggi untuk meraih kejayaan. Di antaranya dalam bidang akademik untuk mata pelajaran bahasa Indonesia berapa tahun meraih nilai tertinggi se-Kota Pontianak. Prestasi lain yang dapat mengantarkan menjadi guru berprestasi, yaitu melatih murid mengikuti lomba berpidato sampai ke tingkat nasional meraih peringkat 6 nasional, juara 1 lomba guru bahasa Indonesia se-Kota Pontianak, melatih murid dalam mengarang sampai ke tingkat nasional meraih peringkat keempat, dan menjadi penulis naskah ulangan umum tingkat kecamatan.

Cerita kehidupan tidak hanya berkisar tentang dunia pendidikan yang aku geluti saja. Tapi, cerita yang menarik yang menjadi inspirasi sehingga bisa menjadi guru berprestasi adalah dukungan dari permata hati. Alhamdulillah, penantian yang panjang sehingga aku berusia 33 tahun, akhirnya pudar. Aku mendapat jantung hati di naungan SD Islam Azhar 21 Pontianak. Hati yang dahaga ini mendapat seorang istri yang ditunggu dan dinanti kehadirannya untuk menghilangkan kedahagaan ini. Hidup terasa berarti dan berkah. Keberkahan yang tak ternilai yang diberikan Allah Swt. Aku bersyukur penuh kegembiraan dan kesyahduan.

Komentar

  1. Alhamdulillah. Indahnya bersykur dengan apa yang sudah Allah berikan. Yeruslah menginspirasi kami untuk selalu berbagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju om Jay..sy jg mau jadi guru yg penuh syukur

      Hapus
  2. Wah kisahnya sangat menginspirasi ya Pak.
    Menjalani kegagalan dan bersyukur akan keberhasilan.

    Semoga bisa mengikuti bapak dlm merangkai kata menjadi tulisan yg bermakna.

    BalasHapus
  3. Asyik pak Ya' Dedi👋 kalimat nya gemulai bahasa yang digunakan juga lembut. Mohon bimbingannya pak 👋 saya pemula baru' belajar 🙏

    BalasHapus
  4. sangat lembut bahasanya bisa membawa pembaca larut dalam cerita. Terasa malu dibuatnya. Hati ini ternyata sedikit bersyukur dibuai dalam ketidakpuasan nikmat. Ya Alloh masukkan hamba-Mu golongan orang orang yang suka bersyukur. salam sukses Pa Yadedi

    BalasHapus
  5. Luar biasa Pak Ya' Dedi.
    Saya juga jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia.
    Sudah lima tahun jadi Kepsek, tulisan bpk. sangat menginspirasi saya.
    Salam kenal sukses

    BalasHapus
  6. Di tangan penulis andal kisah menjadi guru saja menjadi sangat menarik, barokallaah pak Dedi..

    BalasHapus
  7. Terimakasih ya Pak Ya'Dedi
    Materi belajar menulis malam ini sangat menginspirasi saya...
    TErimakasih sekali lagi, sehat selalu

    BalasHapus
  8. Bpk Ya'Dedi..trimakasih bnyk ..ilmunya

    BalasHapus
  9. Terima kasih. Dari cerita yg bapak sungguh kan di atas alur cerita nya sangat lah indah terusun dengan rapi. Moga kami2 yang pemula ini bisa selalu mendapat hidayah nya seperti bapak amin

    BalasHapus
  10. Masya Allah..... Bagus sekali., semoga bisa menjadi pelajaran untuk kami yang pemula ini. Terima kasih pak

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

UMPAN BALIK UNTUK CGP (MODUL 1.3)

AKSI NYATA MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID

Pengejawantahan Filosofi Pendidikan KHD