Kisah di Samping Sepakat 2
Berawal dari hasrat yang menyelimuti hati dan
pikiran ketika berjalan menyusuri keheningan jalan. Terbesit dalam perantauan
kehidupan yang sedang mencari arah kenikmatan. Membentang dan menerawang
keanggunan dan kemolekan sebuah bangunan penuh misteri.
Aku terperangah dengan kemegahan sebuah
bangunan sekolah di samping Jalan Sepakat 2. Timbul pertanyaan dalam hati, “Apakah aku dapat menjadi
tenaga pengajar di sekolah ini?”
Dalam keheningan aku selalu berdoa kepada Sang
Khalik untuk mewujudkan cita-citaku. Wahai, Allah, Sang Pencipta Jagad Raya,
hamba memohon kepada-Mu, berilah kemudahan dan kesempatan agar hamba bisa
mengajar di sekolah yang diimpikan.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun
pun berganti tahun. Penantian yang cukup panjang pun terjawab. Sekolah tersebut
membuka peluang bagi guru yang ingin mengabdikan diri di institusi tersebut.
Melalui Bapak angkat, Moerhariyanto Aladin, informasi pembukaan tersebut
diperoleh. “Bak pucuk dicinta ulam pun tiba”, dengan hati penuh suka dan
bersinar-sinar, aku pun bertekad untuk mengikuti seleksi rekrutmen tersebut.
Semangat membara di dalam hati dan jiwa yang
menggelora selalu menemaniku untuk mewujudkan hasratku itu. Persiapan
administrasi yang menjadi prasyarat pendaftaran pun dikemas dengan lengkap dan
rapi di sebuah map yang lusuh. Berbekal ijazah D-2 PGSD sedangkan pelamar lainnya
sebagian besar berijazah S-1 tidak membuat hati dan pikiran ini gentar. Malah,
menjadi motivasi untuk mengungguli rekan-rekan pelamar yang berijazah lebih
tinggi. Karena sekolah tersebut sekolah Islam, aku pun melampirkan
ijazah/sertifikat pelatihan membaca Alquran dan ilmu tajwid dari Yogyakarta
sebagai nilai tambah demi menyaingi teman-teman yang berijazah S-1. Informasi
yang diperoleh dari lembaga pendidikan tersebut bahwa tes akan dilakukan 6
tahap, yaitu tes tertulis mata pelajaran agama Islam, tes tertulis mata
pelajaran umum (bahasa Indonesia, IPA, IPS, PPKn, dan matematika), micro teaching, membaca Alquran,
psikotes, dan wawancara.
“Wah, banyak juga tesnya! kira-kira aku bisa
lulus tidak, ya?” pertanyaan itu pun spontan terpendam dalam hati.
Berbekal pengalaman mengajar di SD Kartika di
Jalan Pancasila, organisasi remaja masjid, dan Taman Pendidikan Alquran aku
pun mulai mempersiapkan diri. Mengisi hal-hal yang masih perlu dibenahi dengan
mencari contoh-contoh soal untuk tes tertulis. Kalau yang lainnya aman-aman
saja.
Hari yang ditunggu pun tiba. Tes diawali dengan
tertulis untuk menjawab soal-soal tentang pengetahuan di bidang agama Islam.
Selanjutnya, tes tertulis bidang umum (bahasa Indonesia, IPA, IPS, PPKn, dan
matematika). Aku menjawab semua soal dengan penuh keyakinan. Tak satu soal
pun ketinggalan untuk dijawab. Setelah selesai tes tertulis, kami diminta untuk
mempersiapkan diri mengikuti tes selanjutnya pada hari yang lain.
Tes demi tes sudah dilalui dengan baik. Tinggal
menunggu hasilnya. Hati berdebar-debar menanti pengumuman. Lantunan doa dan
permohonan selalu kupanjatkan kepada Ilahi. Teman-teman dan handai tolan pun
memberikan semangat bahwa kalau sudah rezeki dan kehendak Allah, pasti kamu
diterima di sekolah tersebut. Hatiku pun mulai tenang. Detak jantungku pun
sudah mulai teratur. Akhirnya, aku pun menanti dengan tetap menjalankan
aktivitas sebagai tenaga pengajar di SD Kartika, sebagai pembina pramuka di
beberapa sekolah (SD Kartika, SDN 16, MIN Teladan, MTsN 1, dan SMAN 4), guru
TPA Masjid Al Amiin, dan menggeluti beberapa organisasi keagamaan.
Waktu penantian pun hadir dengan wajah penuh
kecemasan. Aku bergegas menuju tempat pajangan nama yang digantung di ruang
penantian. Mata hanya tertuju pada nama pemberian orang tuaku. Mana nama
kebanggaanku.
“Alhamdulillah, aku lulus, aku diterima di SD
Islam Al Azhar 21 Pontianak,” ucapku dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah
Swt.
Perjalanan hidupku pun bertambah panjang. Aku
pun mulai menapaki dunia baruku yang sedari dahulu diinginkan. Adaptasi dan
penyesuai dengan kemegahan dan ketenaran sekolah yang sekarang aku menjadi
bagian darinya pun tak terhindarkan. Mulai dari sikap, pakaian, penampilan,
cara bertindak, bertutur kata, dan masih banyak hal lainnya. Pokoknya, harus tampil
dengan kewibawaan, keikhlasan, ketekunan, dan kecerdasan.
Aku mendapat tugas dari Kepala Sekolah untuk
mengajar di kelas 6 bidang studi bahasa Indonesia yang sedari dahulu tak
kuinginkan. Apa boleh buat, kalau sudah tugas harus dilaksanakan dengan penuh
tanggung jawab. Buku demi buku tentang bahasa Indonesia kubeli dan dipelajari
dengan sungguh-sungguh supaya tak ketinggalan dengan murid-murid SD Islam Al
Azhar yang cerdas dan pintar. Awal pertama, aku terkaget-kaget mendapat
kritikan dari seorang murid. Dia menyalahkan prihal yang disampaikan tentang
struktur kalimat. Hati ini terasa tersayat, tak menerima kritikan tersebut.
Sungguh hatiku saat itu penuh ego dan emosional yang tinggi. Akhirnya, aku
menyadari apa yang disampaikan oleh murid itu benar. Aku terus membaca tentang
sesuatu yang menjadi permasalahan tersebut. Aku pun menerima jawaban dari penelusuran
kekhilafan dan kesalahan yang sudah dibentangkan. Sungguh pengalaman yang tak
terlupakan dengan mendapat hikmah di dalamnya bahwa “belajar itu jangan melihat
usia dan siapa dia, belajar itu bisa dari siapa saja tak peduli muda belia”.
Kiprah dan perjalanan di SD Islam Al Azhar 21 Pontianak terus aku nikmati dengan suka dan duka. Prestasi dan kegagalan sering aku rengkuh. Kegagalan dalam membina anak didik menjadi insan yang bertanggung jawab, soleh, dan ikhlas sering aku terima. Tapi, tak membuat kegalauan hati ini menjadi keputusasaan. Bahkan, bisa menciptakan sesuatu yang membara. Kegagalan tersebut menjadi motivasi yang tinggi untuk meraih kejayaan. Di antaranya dalam bidang akademik untuk mata pelajaran bahasa Indonesia berapa tahun meraih nilai tertinggi se-Kota Pontianak. Prestasi lain yang dapat mengantarkan menjadi guru berprestasi, yaitu melatih murid mengikuti lomba berpidato sampai ke tingkat nasional meraih peringkat 6 nasional, juara 1 lomba guru bahasa Indonesia se-Kota Pontianak, melatih murid dalam mengarang sampai ke tingkat nasional meraih peringkat keempat, dan menjadi penulis naskah ulangan umum tingkat kecamatan.
Cerita kehidupan tidak hanya berkisar tentang dunia pendidikan yang aku geluti saja. Tapi, cerita yang menarik yang menjadi inspirasi sehingga bisa menjadi guru berprestasi adalah dukungan dari permata hati. Alhamdulillah, penantian yang panjang sehingga aku berusia 33 tahun, akhirnya pudar. Aku mendapat jantung hati di naungan SD Islam Azhar 21 Pontianak. Hati yang dahaga ini mendapat seorang istri yang ditunggu dan dinanti kehadirannya untuk menghilangkan kedahagaan ini. Hidup terasa berarti dan berkah. Keberkahan yang tak ternilai yang diberikan Allah Swt. Aku bersyukur penuh kegembiraan dan kesyahduan.
Alhamdulillah. Indahnya bersykur dengan apa yang sudah Allah berikan. Yeruslah menginspirasi kami untuk selalu berbagi.
BalasHapusSetuju om Jay..sy jg mau jadi guru yg penuh syukur
HapusWah kisahnya sangat menginspirasi ya Pak.
BalasHapusMenjalani kegagalan dan bersyukur akan keberhasilan.
Semoga bisa mengikuti bapak dlm merangkai kata menjadi tulisan yg bermakna.
Asyik pak Ya' Dedi👋 kalimat nya gemulai bahasa yang digunakan juga lembut. Mohon bimbingannya pak 👋 saya pemula baru' belajar 🙏
BalasHapussangat lembut bahasanya bisa membawa pembaca larut dalam cerita. Terasa malu dibuatnya. Hati ini ternyata sedikit bersyukur dibuai dalam ketidakpuasan nikmat. Ya Alloh masukkan hamba-Mu golongan orang orang yang suka bersyukur. salam sukses Pa Yadedi
BalasHapusLuar biasa Pak Ya' Dedi.
BalasHapusSaya juga jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia.
Sudah lima tahun jadi Kepsek, tulisan bpk. sangat menginspirasi saya.
Salam kenal sukses
Di tangan penulis andal kisah menjadi guru saja menjadi sangat menarik, barokallaah pak Dedi..
BalasHapusTerimakasih ya Pak Ya'Dedi
BalasHapusMateri belajar menulis malam ini sangat menginspirasi saya...
TErimakasih sekali lagi, sehat selalu
Bpk Ya'Dedi..trimakasih bnyk ..ilmunya
BalasHapusKisah mengesankan
BalasHapusTerima kasih. Dari cerita yg bapak sungguh kan di atas alur cerita nya sangat lah indah terusun dengan rapi. Moga kami2 yang pemula ini bisa selalu mendapat hidayah nya seperti bapak amin
BalasHapusSangat menakjubkan
BalasHapusMasya Allah..... Bagus sekali., semoga bisa menjadi pelajaran untuk kami yang pemula ini. Terima kasih pak
BalasHapusSangat menginspirasi..
BalasHapus